Assalamualaikum kalian 💕💓
Apa kabar? Semoga kalian sehat sehat yaa, lahir dan batinnya
Kali ini aku mau cerita pengalaman pribadi ku soal sakit asma. langsung aja yuk simak ceritaku, baca sampai akhir yaaa.. semoga bermanfaat 😇
Sebenarnya darikecil aku ga pernah kena sakit soal pernafasan. Jadi waktu itu berawal dari sekitar tahun 2018, H-1 Hari raya idul Fitri kepala ku sakit banget, aku batuk, dan nafasku agak berat. Bahkan bunyinya “ngik”, Ibu ku khawatir karena aku ga biasanya kalo sakit begini. Aku di suruh berjemur sama ibu ku, aku juga udah minum obat, tapi tetap aja ga ada perubahan. Nafasku tetap berat.
Sore hari kahirnya aku dibawa ke UGD RSI Hidayatullah Yogyakarta. Aku diperiksa paru-parunya, lalu dokter menanyakan, apakah aku punya riwayat Asma atau tidak, ku jawab tidak dan ku susul cerita bahwa ini pertama kalinya. Lalu dokter menyarankan ku untuk di uap/ di nebu. Aku mau saja, yang penting aku bisa bernafas dengan normal. Saat di nebu banyak cairan putih bening yang mengalir begitu saja, cairan itu seperti kalau menangis, lalu keluar ingus dari hidung, atpi itu berwarna putih. Dan pada saat di nebu aku juga sempat merasakan titik di mana aku tidak bisa bernafas sama sekali, tapi itu hanya sebentar saja, lalu rasanya plong, lendir-lendir yang ada di paru-paru mencair dan keluar dari hidung tadi. Aku sangat lega setelah di nebu. Dokter memberiku obat untuk sesak nafasku dan obat untuk radang serta batuk.
Setelah itu aku sembuh dan tidak pernah merasakan keluhan pernafasan apaun, hingga khirnya sekitar awal pertengahan tahun 2019 itu muncul lagi. Waktu itu aku flu, pilek, cumleng. Ibuku menyuruh kakaku, mba rima, untuk membelikan obat flu. Mba rima itu dulu pernah sekolah farmasi, jadi dia sedikit banyak tahu tentang obat. Ketika itu aku bukan dibelikan obat yang biasanya kita kenal. Dia memberiku obat “Intunal”. Malam itu entah kenapa aku ragu untuk meminumnya, baru kali itu aku membaca semua tulisan yang ada di kemasan obat itu. Aku sangat ragu, enggan meminumnya. Lalu ibuku dengan nada agak tinggi menyuruhku untuk meminumnya.
Setelah minum obat itu, aku bisa tidur. Keesokan harinya, flu ku sembuh tak berbekas, namun aku tidak bisa bernafas. Pusing, pilek, mata berair, semua itu sembuh total, tapi pernafasanku tidak normal. Entah mengapa bisa begitu. Aku memaksakan untuk tetap berangkat kuliah, aku ada kelas dari jam 7 pagi sampai jam setengah 1 siang. Tidak sampai jam setengah 1 siang, aku memutuskan untuk pulang. Aku sudah tidak tahan. Aku tidak nyaman, saat suasana kelas hening, tarikan nafas ku terdengar orang orang lain dan bunyinya “ngik”, di sisi lain aku juga kesulitan bernafas dan itu mengganggu konsentrasi belajarku. Cuman ga bisa nafas itu aja, badan ku baik-baik aja, aku ga pusing, ga demam, ga flu.
Sesampainya di rumah, bapaku tau kalau aku sakit tapi bapak mau bawa aku ke UGD lagi kalau Ibuku udah pulang. Aku harus menunggu sekitar 3 jam. Aku sekarat. Aku seperti ikan jauh dari air. Aku berusaha untuk tidur, tapi tetap saja tidak bisa. Aku atur posisi berdiri, sandaran, tegak, tiduran, miring, mati gaya aku, semua tidak membuat kesulitan berhafas ini menjadi reda.
Setelah Ibu ku pulang, aku langsung di bawa ke IGD AMC Yogyakarta. Setelah diperiksa, lagi-lagi aku ditanya, apakah punya riwayat Asma atau tidak, jelas ku jawab tidak dan ku bercerita kejadian 1 tahun yang lalu sebelum hari raya Idul fitri. Aku juga bercerita tentang hari sebelumnya di mana aku flu lalu minum obat intunal. Dokter melihat obat intunal yang aku bawa. Dokter juga menyuruh perawat untuk memberika nebu padaku. Di tengah-tengah proses nebu, dokter memberitahu bahwa ada ingredients dalam obat ini yang tidak cocok untukku, aku salah obat. Ternyata sifat keragu-raguanku semalam sebelum minum obat terbukti. Lalu akibatnya menyempitkan saluran pernafasanku. Itu sebabnya aku ga bisa nafas.
Dokter memberiku obat sesak nafas, salbutamol 2mg itu wajib, dan obat untuk radang dan batuk. Dalam waktu kurang dari tiga hari aku bisa bernafas sangat normal. Dari sinilah serangan asma ku dalam setahun sangat sering dan mengganggu. Bahkan aku menjadi sangat sensitif, sedikit minum es saja, aku langsung tidak bisa bernafas. Sangat mengganggu. Sedikit kena debu aja udah langsung bereaksi. Ga nyaman banget pokoknya. Tapi ga mesti juga, kadang aku minum es/kena debu/dingin dikit aja udah langsung sesak, tapi kadang juga minum es/kena debu/dingin banyak-banyak aja aku ga papa.
Kalau dihitung paling engga aku bisa kena asma sebulan sekali. Gila nggak buat aku yang ga punya riwayat asma sama sekali. Itu sangat mengganggu banget, di tubuh ga nyaman di dompet juga ga nyaman. Setiap kali aku kena asma pertolongan pertama ku minum obat yang pernah dikasih dokter waktu terakhir kali aku kena. Obat dari dokter aku sisihkan dikit, jadi kalau sewaktu-waktu aku kena asma aku minum obat itu dulu. Beberapa kali itu manjur, tapi ada juga yang engga. Kalau engga mereda aku pasti ke UGD untuk minta di nebu.
Tujuan UGD ku juga berbeda-beda, ga pasti di rumah sakit itu aja. Aku ke UGD PKU Muhammadiyah Gamping, UGD RSI Hidayatullah, IGD AMC, UGD RS Gramedika, dan Klinik Pratama UIN Sunan Kalijaga. Dampak yang aku rasakan juga berbeda-beda. Mostly aku paling cocok obatnya di PKU Muhammadiyah Gamping dan RSI Hidayatullah. Setelah dinebu aku langsung reda dan nyaman untuk bernafas. Obat-obat yang diberikan dari mereka juga sangat efektif. Tidak perlu waktu lama dan obat banyak untuk aku benar-benar sembuh jika dari mereka. Kalau masalah harga lebih terjangkau di Klinik Pratam UIN Sunan Kalijaga, cuman sekitar 86 ribu sudah dapat nebu dan obat-obatnya. Yang paling mahal itu di RS Gramedika, sekitar 380 ribu, padahal aku bawa alat hirupnya. Kalau di PKU Muhammadiyah Gamping, AMC, dan RSI Hidayatullah aku mengeluarkan uang sekitar 210-250 ribu di sana.
Asma itu tidak bisa diobati, yang bisa kita lakukan adalah mencegah dengan menghindari pemicunya. aku selalu berusaha untuk meneliti apa pemicunya. Seperti yang sudah ku katakan di atas, itu semua ga menentu, kadang dikit aja langsung kena, kadang banyakpun ga kena. Aku pernah juga merasa salah satu pemicunya adalah gula. Kita pasti sering beli es teh, juz, tai tea, atau minuman apapun di luar yang kita ga tau mereka gunakan gula asli atau tidak. Soalnya aku pernah beli teh hangat pakai gula, hangat loh padahal bukan es, langsung malemnya aku sesak. Ga nyaman banget. Aku juga pernah ga sengaja nelan air saat renang, langsung aku sesak. Se-sensitif itu.
Ohiya, sejak tahun lalu aku mulai sering kena serangan asma ini, aku ga pernah lagi sakit Flu. Allah Maha Adil. Aku ga bisa bayangin kalo flu bersamaan sama Asma. Flu kan pasti hidungnya kesumbat, ketka hidung kita kesumbat padahal kita lagi asma itu pasti rasanya ga enak banget, makin kita ga bisa nafas. Kalo kita menghirupnya lewat mulut, pasti tarikan nafas akan makin dalam karena kita asma juga, bakteri atau kotoran yang masuk akan semakin banyak karena kalau lewat mulut tidak ada penyaringnya, kalau lewat hidung ada penyaringnya yaitu bulu hidung. Ketika bakteri atau kotoran udah masuk, dengan keadaan saluran pernafasan yang sangat sensitif, itu akan memperparah keadaan. Subhanallah banget kan. Allah Maha Adil.
Hingga akhirnya serangan asmaku tidak terkendali. Apalagi masa Pandemi COVID-19 ini, aku berusaha keras melawan serangan ini agar aku tidak pergi ke Rumah Sakit. Tips ampuh untuk melawan asma yang bisa ku lakukan adalah jelas yang pertama aku berusaha sekuat mungkin menghindari pemicunya. Kedua, minum obat yang dulu pernah dikasih dokter. Ketiga, kalau aku sudah merasa nafas ku berat, aku minum ramuan jahe, kunyit, dan sereh direbus, meskipun sudah mendidih tunggu sampai airnya berkurang, lalu tuangkan ke dalam gelas (tidak perlu disaring, biarkan jahe, kunyit, dan sereh ikut masuk ke dalam gelas), minum selagi masih panas, minumnya pelan-pelan aja, dinikmati aja. Setelah minum itu aku mereda. Keempat, aku minum salbutamol 2mg. Kelima, sering berjemur dari jam 8 sampai jam 9 pagi. Keenam, sabar dan ikhlas, jangan mengeluh, positif thinking sama Allah, mungkin Allah sedang menegur atau menghapus dosa-dosa kita.
Ingat ya, tips yang aku bagi di atas tadi bukan untuk menyembuhkan, itu untuk mengulur waktu aja sebenarnya, karena sekarang lagi pandemi, semisal kalian lagi jauh dari rumah sakit, kalian bisa melakukan tips itu, semisal juga kalian lagi tidak ada uang untuk nebu di Rumah Sakit, dll.
Suatu saat aku udah bener-bener ga kuat. Aku udah melakukan semua tips itu tadi, tapi akhirnya aku tetap tidak mereda. Siang itu aku dibawa ke Klinik deket rumah yang menyediakan Nebu, karena masih agak khawatir kalau ke rumah sakit,palagi ini sesak nafas, salah satu tanda orang terjangkit Virus Corona. Ternyata di sana saat pandemi begini tidak melayani nebulizer. Lalu aku diantar Ibuku ke IGD AMC, di sana seperti biasa aku mendapat perawatan berupa nabulizer dan obat-obatan, ada yang berbeda karena salbutamol yang diberikan bukan lagi 2mg tetapi 4mg. Agak mereda, tapi itu hanya sebentar saja. Sepulang dari IGD aku minum obat dengan nafas yang masih berat.
LANJUT PART II yaaa.....
No comments:
Post a Comment